8/31/2006

Sobat sebagai Pendorong Kepatuhan Terapi ARV bagi ODHA

Kepatuhan minum obat jadi salah satu keberhasilna terapi anti-retroviral (ARV) bagi orang dengan HIV/AIDS (Odha). Sobat, bahasa kerennya buddies, adalah satu faktor untuk mengingatkan Odha minum obat.

Dalam perjalanannya, Sobat, ternyata tak hanya jadi pengingat minum obat tapi juga teman bagi Odha. Made Putri Ayu Rasmini alias Ollam, relawan Sobat Bali+ juga aktif sebagai anggota Leader Team Komunikasi Informasi Edukasi Kisara, menuliskan opininya tentang Sobat.

Semoga bermanfaat,


Penunggu Blog

***

Sobat sebagai Pendorong Kepatuhan Terapi ARV bagi ODHA

oleh Made Putri Ayu Rasmini alias Ollan

Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) berhak atas kehidupan sehat, bahagia, memiliki keturunan, tidak dikucilkan, dan mendapat perlakuan yang tidak diskriminatif. Penanggulangan HIV/AIDS tidak terhenti di upaya pencegahan saja, akan tetapi marilah bersama-sama merangkul teman-teman ODHA, memberikan layanan sekaligus dukungan bagi mereka. Hentikan stigma!!

Saat ini telah dikembangkan obat anti-retroviral (ARV) untuk melawan HIV yang terus menerus menggerogoti kekebalan tubuh ODHA. Terapi ARV (ART) mengubah HIV/AIDS dari penyakit “mematikan” menjadi penyakit “kronis”. Penyakit kronis tidak dapat disembuhkan tapi dapat dikendalikan seperti diabetes, hipertensi, dan asma. Dibandingkan dengan obat perangsang kekebalan tubuh atau jamu, hanya ART yang paling efektif menekan replikasi HIV di dalam tubuh ODHA. Sebab ART langsung melawan HIV sehingga memperpanjang umur ODHA.

Kepatuhan minum obat berdampak besar terhadap keberhasilan terapi ini. Kepatuhan meliputi aspek obat yang tepat, diminum pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat pula. Hilang satu obat atau lupa dosis terlalu sering menyebabkan replikasi virus terus terjadi, kekebalan tubuh menurun, infeksi oportunistik, muncul resistensi, dan mengakibatkan terapi gagal.

Kepatuhan merupakan tantangan berat bagi ODHA. Alasan ODHA kesulitan dengan kepatuhan adalah karena ART bukan pengobatan yang menyembuhkan. ART tak seperti minum obat sakit kepala, hilang sakit kepala berhenti minum obat. ART dipakai seumur hidup ODHA tersebut. Ini menjadi beban materiil, moril, fisik dan mental bagi ODHA. Belum lagi efek samping obat ARV yang harus dialami ODHA dalam menjalani ART. Seperti diare, mual dan muntah, masalah kulit (ruam, gatal), anemia, neuropati perifer (kesemutan, pegal, mati rasa, sulit jalan kaki), emosi yang labil, insomnia, serta halusinasi.

Karena alasan di atas, ODHA membutuhkan dukungan berkesinambungan dan semangat besar agar meneruskan terapi. Inilah perlunya Sobat.

Berdasarkan survey kecil Yayasan Bali Plus, ODHA membutuhkan Sobat sebagai teman sebaya atau pendamping, pengawas minum obat (PMO), pendengar yang baik, pendukung bagi keluarga ODHA, dan sumber informasi HIV/AIDS, perawatan ARV serta rujukan bagi ODHA.

Pada pelatihan Relawan SOBAT Januari dan Maret lalu, saya dan 23 rekan Sobat lain dibekali materi terkait HIV/AIDS. Misalnya teknik komunikasi, dasar HIV, proses dukungan, dasar ART, Infeksi Oportunistik, Efek Samping ART, kode etik SOBAT, hingga perawatan ODHA di rumah.

Program Relawan SOBAT ini mengarah pada pemberdayaan ODHA. Harapannya setelah program ini berakhir ODHA dapat mengakses layanan tersebut secara mandiri, sehingga pada prisipnya SOBAT lebih berperan dalam memudahkan akses daripada melakukan sesuatu untuk klien ODHA.

Pertama, Sobat berperan sebagai penyedia dukungan moril kepada ODHA. Dukungan ini dimaksudkan untuk menurunkan tingkat emosional dan perasaan terisolasi yang dialami ODHA. ODHA perlu dukungan emosional, cenderung memperlihatkan keinginan untuk berbagi perasaan dan ketakutan pada orang lain yang dapat mendukung dan berempati. ODHA perlu kepercayaan akan informasi pribadi yang mereka curahkan terjamin kerahasiaannya. Menjaga konfidensialitas (kerahasiaan) klien adalah salah satu kode etik Sobat. Kepercayaan tak dapat dibeli, hanya dapat dibangun dengan waktu.

Kedua, sebagai pendorong kepatuhan ART. Melalui pemberian informasi dengan intervensi yang cocok kepada ODHA tentang pemahaman efek samping, maka akan mendorong kepatuhan, serta memberantas mitos dan persepsi yang salah tentang ART. Selalu mengingatkan klien jam minum obat baik itu melalui telepon, SMS, maupun saat berkunjung.

Ketiga, sebagai pendorong pola hidup sehat, selalu mengingatkan pentingnya berpola hidup sehat bagi ODHA untuk mengurangi kemungkinan infeksi oportunistik. Sobat harus berusaha untuk menempatkan kesehatan secara fisik dan psikis kliennya sebagai prioritas utama.

Keempat, sebagai sumber informasi yang proporsional mengenai HIV/AIDS, perawatan ARV dan sistem rujukan untuk pelayanan ODHA di Bali. Tiap bulan diadakan pertemuan rutin Sobat, di mana informasi layanan dan rujukan selalu diperbarui. Pertemuan ini sekaligus sharing sesama Sobat tentang permasalahan yang dihadapi terkait pendampingan klien.

Sobat adalah salah satu dari komunitas kelompok dukungan sebaya yang memiliki nilai-nilai hidup non-judgemental (tidak menghakimi), open mind (terbuka), dan tak diskrimintif. Memiliki kemampuan mendengarkan dan berempati sekaligus sensitif pada kebutuhan orang lain. Namun, yang terpenting memiliki motivasi dan komitmen, terlebih lagi kepedulian yang tinggi terhadap issue HIV/AIDS.

This page is powered by Blogger. Isn't yours?