9/13/2006

Rehabilitasi Tak Harus Berterali

Pengguna narkoba suntik masih jadi penyumbang terbesar kasus HIV/AIDS di Bali hingga bulan lalu. Karena itu diperlukan metode agar pengguna narkoba bisa berhenti memakai sama sekali (abstinence). Atau kalau tidak bisa berhenti memakai setidaknya sudah tak menggunakan narkoba dengan jarum suntik lagi (harm reduction). Rehabilitasi, dilihat dari sudut pandang itu, termasuk salah satu upaya mengurangi laju penularan HIV/AIDS. Oscar Parulian Silalahi menulis opininya tentang rehabilitasi tak harus di penjara.

Semoga berguna,


Penunggu Blog
***

Rehabilitasi Tak Harus Berterali

[Oscar Parulian Silalahi, Halfway House Unit Supervisor Yayasan Bali Nurani, Ketua Bidang Sumber Daya Manusia Bali Communtiy Cares]

Pengguna narkoba suntik masih jadi penyumbang terbesar kasus HIV/AIDS di Bali hingga bulan lalu. Karena itu diperlukan metode agar pengguna narkoba bisa berhenti memakai sama sekali (abstinence). Atau kalau tidak bisa berhenti memakai setidaknya sudah tak menggunakan narkoba dengan jarum suntik lagi (harm reduction). Rehabilitasi, dilihat dari sudut pandang itu, termasuk salah satu upaya mengurangi laju penularab HIV/AIDS.

Namun masih banyak kesalahpahaman tentang rehabilitasi. Hingga saat ini banyak orang masih berpandangan, bahwa rehabilitasi terhadap kecanduan narkoba, masih menggunakan konsep lama, di mana seorang pecandu akan diperlakukan dengan keras agar mereka jera.
“Aku tidak mau dimasukan ke rehab, dikurung kayak dipenjara dan diperlakukan seperti orang gila. Biar aku berhenti sendiri saja,” ungkap salah seorang pecandu aktif (pecandu yang masih menggunakan narkoba).

Menurut Andrei Simanjuntak, Direktur Program Rehabilitasi Yayasan Bali Nurani, sebagian besar pecandu aktif yang telah lama menggunakan, mungkin sudah merasa jenuh serta jera dengan kecanduannya. “Karena penyakit kecanduannya lebih powerful dari diri mereka sendiri maka sulit bagi mereka untuk bisa berhenti sendiri,” kata Andrei.

Lalu bagaimana sebaiknya menangani masalah kecanduan ini? Hingga saat ini untuk sebagian besar kasus kecanduan, rehabilitasi adalah solusi terbaik.

Tentunya program rehabilitasi tersebut haruslah memiliki kriteria yang sesuai dengan prinsip-prinsip dasar program rehabilitasi. Prinsip-prinsip dasar program rehabilitasi narkoba tersebut antara lain:
- Memandang klien (pecandu dalam program rehabilitasi) apa adanya sebagai manusia, dan mendahulukan kepentingan klien.
- Mempunyai kepercayaan bahwa klien dapat berubah, seberat apa pun masalahnya.
- Mengikutsertakan klien dalam menyusun rencana perawatan, untuk menambah tekad klien dalam menjalani pemulihan.
- Memiliki komitmen dan tidak mudah putus asa. Tetap melanjutkan upaya walaupun telah sering mengalami kekecewaan dan kegagalan. Serta kreatif mencari pendekatan yang lebih efektif.
- Dapat menerapkan batasan-batasan yang jelas dalam interaksi antara clinical staff (Staff ahli dalam program rehabilitasi) dengan klien.
- Memiliki kode etik yang jelas, dalam menjalani fungsi program.
- Menjaga kerahasiaan/konfidensialitas klien.
- Memiliki fasilitas yang cukup memadai.

Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, pecandu haruslah diperlakukan sebagai manusia. Berarti mereka berhak menentukan pilihan atas hidupnya sebagai pribadi yang utuh.

Tugas dari program rehabilitasi adalah memotivasi mereka untuk melakukan perubahan ke arah positif serta menciptakan lingkungan yang kondusif bagi mereka untuk melakukan perubahan.

Selain itu program rehabilitasi juga harus menjalankan minimal 3 peraturan utama (cardinal rules) seperti :
- No Drugs / Total Abstinence (tidak ada penggunaan narkoba dalam jenis apapun termasuk alkohol)
- No Sex (tidak ada tindakan seksual)
- No Violence (tidak ada tindakan kekerasan)

Hingga saat ini sudah banyak program rehabilitasi yang menerapkan prinsip-prinsip dasar tersebut. Sebagai salah satu contoh, program rehabilitasi di Yayasan Bali Nurani, yang berada di Bali. Dalam program rehabilitasi ini, klien (pecandu) tidak akan dipaksa apalagi dikurung dalam menjalani program pemulihannya.

Klien hanya akan dimotivasi untuk bisa melihat pemulihan sebagai sebuah kebutuhan yang utama bagi dirinya. Serta diminta untuk bekerja sama mematuhi peraturan program yang sebagian juga dibuat bersama-sama dengan para klien.

Klien juga diperkenankan mengikuti kegiatan di luar fasiliti program, seperti aktifitas kebugaran, kesenian, rekreasi dan pertemuan-pertemuan kelompok dukungan (Narkotic Anonymous dan Alcoholic Anonymous).

Yang lebih menarik ternyata program ini memiliki subsidi/bea-siswa bagi mereka yang tidak mampu secara finansial, tetapi memiliki niatan yang kuat untuk berhenti menggunakan narkoba.

Berdasarkan hal ini, sebaiknya kita mulai menyingkirkan mitos bahwa program rehabilitasi adalah sebuah proses yang menakutkan. Atau bahkan pandangan bahwa pecandu tidak memiliki kesempatan untuk berubah.

Sesungguhnya pintu menuju pemulihan bagi pecandu sudah terbuka lebar. Karena hidup ini adalah pilihan, maka marilah kita bersama-sama menentukan pilihan secara bijaksana..

This page is powered by Blogger. Isn't yours?