12/05/2006

Antara Musisi, TNC, dan HIV/AIDS

Antara Musisi, TNC, dan HIV/AIDS

[Anton Muhajir, anggota Komunitas Jurnalis Peduli AIDS Bali]

Musisi dan trans-national corporation (TNC) turut dalam penanggulangan HIV/AIDS. Bono, Elton John, Microsoft, dan Apple hanya beberapa contoh.

Kapitalisme itu ibarat Dewa Janus. Dia bermata dua. Bagi pengritiknya, kapitalisme tak lebih sebagai alat mengeksploitasi buruh. Kapitalisme juga melebarkan jurang antara negara maju dengan negara berkembang. Tenaga kerja murah, sumber alam berlimpah, dan sistem ekonomi yang hanya mendukung pengusaha melahirkan kecemburuan tak berkesudahan antara si miskin dan si kaya.

Tapi, ah, sudahlah. Jangan sinis-sinis amat. Toh, kapitalisme juga melahirkan Nokia yang memudahkan kita berhubungan dengan pacar, suami, istri, atau orang lain. Kapitalisme bersama anaknya bernama globalisasi juga menghasilkan internet yang memudahkan kita berhubungan dengan teman di negara yang kita mungkin tak akan pernah ke sana seumur hidup.

Maka, bagi Bono, ikon-ikon kapitalisme juga bisa jadi alat agar konsumen peduli pada penderitaan orang lain. Karena itu vokalis U2 tersebut melahirkan kampanye Product RED, proyek yang bertujuan menggalang dana dalam penanggulangan AIDS, TBC, dan malaria. Bono bersama Bob Geldof sebelumnya juga dikenal gencar mengampanyekan penghapusan utang melalui Konser Live 8. Konser ini digelar saat pertemuan tingkat tinggi G8, kelompok delapan negara maju di dunia.

Sejak ditemukan pada 1984 human immunodeficiancy virus/acquired immune deficiancy syndrome (HIV/AIDS) atau sindrom akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh ini memang secara simultan menarik perhatian berbagai kalangan. Semula persoalan ini dianggap hanya persoalan kesehatan. Namun setelah epidemi ini makin tak terkendali pada dekade 1990an, banyak orang sadar perlu pendekatan semua kalangan untuk menanggulangi HIV/AIDS.

Tak hanya kebijakan politik, keterlibatan selebritis, termasuk musisi juga penting dalam penanggulangan HIV/AIDS. Bono hanya salah satu.

Bono meluncurkan kampanye Product RED pada Oktober lalu bersama Bobby Shriver dan Oprah Winfrey. Program ini, sekali lagi, bertujuan menggalang dana penanggulangan tiga epidemi yang mengancam dunia tersebut. Caranya dengan menyumbang keuntungan beberapa produk ternama ikon kapitalisme seperti American Express, Converse, Giorgio Armani, dan Gap. Empat perusahaan itu merupakan trans-national corporation (TNC), pilar penting kapitalisme. Produk yang dijual antara lain sepatu tenis, kaca mata dan kaos, yang berlabel Product RED.

Keempat TNC itu berkomitmen menyumbangkan keuntungannya hingga 40 persen pada Global Fund, lembaga donor penanggulangan HIV/AIDS yang juga membantu beberapa lembaga di Bali, termasuk Dinas Kesehatan Provinsi Bali. Program ini akan berlangsung selama lima tahun sejak diluncurkan. Jadi kalau Anda membeli sepatu Converse, misalnya, secara tidak langsung telah membantu penanggulangan HIV/AIDS di Bali.

Selain berkampanye lewat Oprah Winfrey, talk show termashur dunia itu, Bono bersama Winfrey juga melakukannya sambil berbelanja. Karena itu kampanye ini segera menarik selebritis lain termasuk Penelope Cruz, Jennifer Garner, Chris Rock, Maria Shriver, dan Steven Spielberg untuk terlibat. Mereka akan mempromosikan dan mewakili sejumlah produk pendukung kampanye Product RED.

Product RED kemudian juga didukung Motorola dan Apple. Apple, produsen komputer saingan berat Microsoft dan pendukung open source, bahkan membuat iPod nano RED Special Edition. "Pecinta Apple kini memiliki kesempatan untuk memiliki iPod nano sekaligus membantu perempuan dan anak-anak yang terinfeksi HIV/AIDS di Afrika," ujar Bono.

Dana yang diperoleh dari kampanye Product RED memang akan dialokasikan untuk penanganan tes HIV dan perawatan perempuan dan anak positif HIV di Rwanda serta mendukung anak yatim piatu korban AIDS di Swaziland, Afrika. Menurut Direktur Eksekutif Global Fund Richard Feachem, sejak Februari hingga September lalu, Product RED sudah berhasil mengumpulkan dana hingga $10 juta di Inggris.

Keterlibatan Apple, produsen ipod, dalam penanggulangan HIV/AIDS jadi bahan diskusi tersendiri. Sebab Apple selama ini dikenal sebagai saingan utama perusahaan Microsoft. Tapi persaingan itu melebur ketika keduanya terlibat dalam penanggulangan HIV/AIDS. Bill Gates, bos besar Microsoft, hadir saat Konferensi Internasional AIDS di Toronto, Kanada Agustus lalu. Bersama Melinda, istrinya, Bill Gates juga mendirikan yayasan penanggulangan HIV/AIDS di Afrika dan Asia.

Namun cerita keterlibatan Microsoft sudah dilakukan sebelumnya. Pada September 2001, Microsoft meluncurkan MSN Money AIDS Market Challenge yang melibatkan musisi pop Elton John. Kegiatan ini dilakukan untuk mengumpulkan dana bagi pendidikan, pencegahan, dan penanggulangan HIV/AIDS.

Caranya dengan melibatkan konsumen yang masuk ke CNBC di MSN Money. Sambil belajar bagaimana mengembangkan kemampuan mengelola saham, tiap orang yang masuk dan ikut, akan menyumbangkan 50 sen pada Elton John AIDS Foundation. Yayasan ini didirikan Elton John pada 1992 untuk membiayai pendidikan pencegahan HIV/AIDS serta melayani pasien HIV/AIDS secara langsung.

“Saya tergerak untuk menerima Market Challenge MSN dan mendorong tiap orang terlibat serta mengetes kemampuan mereka di pasar saham,” kata Elton John. “Kami juga sangat menghargai dukungan Microsoft dalam penanggulangan HIV/AIDS,” tambahnya.

Jika Bono dan Elton John memanfaatkan (atau dimanfaatkan ya?) TNC , maka Carlos Santana memilih cara lain. Gitaris keturunan Amerika Latin ini mengumpulkan dana hingga $2 juta untuk Kelompok AIDS Afrika Selatan melalui Konser Tour 23 Kota. Tour itu berakhir pertengahan Juli 2003 di Los Angeles. Carlos, mungkin artis pertama yang seluruh hasil konsernya disumbangkan untuk amal. Melalui Artist for a New South Africa’s Amandla AIDS Fund (ANSA), dana itu akan digunakan untuk pencegahan dan pengobatan orang dengan HIV/AIDS (Odha) di Afrika Selatan.

Carlos, jagoan gitar itu, juga mengampanyekan virus spiritual untuk berempati pada orang yang positif HIV. Dalam konser tersebut, Carlos Santana menyampaikan informasi tentang ANSA dan HIV/AIDS secara umum. Di beberapa kota, anggota ANSA diberi kesempatan berbicara tentang HIV/AIDS. "Karena Anda semua, akan ada pendidikan, pencegahan, dan pengobatan HIV/AIDS. Terima kasih telah datang bersama hati yang tulus dan energi Anda,” kata Santana pada konser terakhir di Los Angeles.

Tak hanya musisi rock dan pop, pemain instrumentalia Tim Janis pun terlibat dalam aksi peduli HIV/AIDS. Melalui konser Symphony of Hope, Janis bersama Church World Service, lembaga kemanusiaan berpusat di Amerika Serikat, mengumpulkan dana bagi penanggulangan HIV/AIDS di Afrika Selatan. Diperkirakan satu dari lima orang dewasa di Afrika Selatan positif HIV.

Pada salah satu konsernya, Janis bahkan berkolaborasi dengan paduan suara perempuan positif HIV. Seperti halnya Bono yang melakukan ke berbagai negara di Afrika dalam rangka mendukung penanggulangan HIV/AIDS, ketika di Afrika Selatan, Janis juga mengunjungi proyek penanggulangan AIDS di negara tersebut. Untuk jangka panjang, hasil penjualan CD saat konsernya akan disumbangkan melalui Church World Service. Janis juga pernah terlibat dalam peringatan Hari AIDS Sedunia di New York, Amerika Serikat.

Hari AIDS Se-Dunia (HAS) merupakan momentum bagi semua kalangan untuk terlibat dalam penanggulangan HIV/AIDS. Momen tiap tahun ini dilakukan untuk mengenang dan menghormati mereka yang sudah meninggal ataun sedang berjuang menghadapi HIV/AIDS. Pada peringatan HAS 2003, puluhan musisi berdarah Afrika terlibat kegiatan itu.

Di antara sekian keterlibatan musisi dalam penanggulangan HIV/AIDS tersebut, adanya Artists Against AIDS Worldwide (AAAW), mungkin paling fenomenal. Sebab, organisasi ini melibatkan puluhan artis atau grup ternama dunia seperti Bono, Christina Aguilera, Backstreet Boys, Destiny's Child, Ja Rule, REM, Lil' Kim, Staind, NAS, Jennifer Lopez, NSYNC, No Doubt, hingga Britney Spears. Mereka membuat kompilasi sembilan lagu.

"Kami berharap ini bisa menarik orang untuk membeli CD yang hasilnya akan diberikan pada program penanggulangan HIV/AIDS. Sebab epedemi ini telah menyebar ke hampir semua negara dan akibatnya mengejutkan,” kata Leigh Blake, pendiri AAAW sekaligus produser album kompilasi ini.

Dari pop, instumentalia, dance mix, hingga heavy metal semua aliran musik terlibat dalam penanggulangan HIV/AIDS. [***].

This page is powered by Blogger. Isn't yours?