9/30/2006

Langkah Pasti Melalui Testimoni

Langkah Pasti Melalui Testimoni

[Putu Ikha Widari, anggota kelompok dukungan Tunjung Putih]

Untuk sebagian orang, testimoni mungkin bukan kata kata yang akrab di telinga. Testimoni adalah kesaksian seseorang terhadap apa yang dialami untuk dibagikan atau diperdengarkan di depan banyak orang. Tujuannya untuk menggugah empati orang lain terhadap masalah yang dia hadapi.

Di bidang penanggulangan HIV/AIDS, testimoni kerap dilakukan oleh mantan pecandu yang sudah pulih, orang yang hidup dengan HIV/AIDS (Odha), maupun orang yang terdampak langsung dengan HIV/AIDS (Ohida). Testimoni hanya dilakukan oleh orang-orang yang sudah mau dan berani terbuka mengenai apa yang dia alami pada banyak orang secara terbuka.

Sebagai orang yang HIV Positif, kadang kala saya terjebak dengan kata kata testimoni. Di satu sisi saya berfikir saya hanya dijadikan tontonan atau objek bahwa seperti saya lah orang dengan HIV/AIDS. Tetapi di sisi lain saya ingin memberitahukan pada semua orang bahwa orang positif HIV bukanlah orang yang hidup dengan luka borok di tubuhnya. Bahwa Odha bukan orang yang tidak bisa melakukan aktivitas layaknya orang lain.

Selain itu keuntungan testimoni menurut saya adalah orang banyak akan tahu bagaimana Odha. Hal ini bertujuan mengurangi stigma dan diskriminasi di masyarakat. Dengan testimoni saya bisa berbagi dengan orang lain mengenai apa yang sudah yang saya alami dan sudah saya lakukan.

Kita melakukan sesuatu pasti ada keuntungan dan kerugiannya.Tetapi menurut saya ini bukanlah sebuah kerugian tetapi hanya sebagai kendala dan ancaman jika kita melakukan testimoni. Di mana kita akan mendapatkan diskriminasi dari orang-orang yang belum paham tentang HIV/AIDS.

Namun tidak semua Odha mau melakukan testimoni, seperti halnya Ayu (bukan nama sebenarnya ) perempuan yang hidup dengan HIV positif. Dia tidak mau testimoni dengan alasan takut ketahuan keluarganya bahwa dia seorang yang hidup dengan HIV positif. Dia juga takut kalau keluarga dan lingkungan sekitarnya tidak mau menerimanya dengan status HIV positfnya sekarang.

Pada saat testimoni bukan hanya bercerita tentang apa yang sudah dan telah kita alami sebagi orang positif, tetapi berbagi bagaimana menjalani hidup positif dengan HIV positif, berbagi informasi tentang HIV/AIDS, dan berbagi kekuatan dan harapan untuk orang orang yang sedang mendengarkan. Tapi ini kembali kepada individu kita masing-masing! Testimoni dilakukan dengan kesadaran bukan paksaan.

Apakah saya akan berhenti sampai tahap sebagai Odha yang testimoni? Dalam konferensi tingkat tinggi HIV/AIDS di Paris 1994, 42 negara menyatakan asas keterlibatan Odha yang disebut greater involvement people living with HIV/AIDS (GIPA) adalah penting. GIPA menekankan pentingnya Odha terlibat dalam penanggulangan HIV/AIDS. Menurut saya, terbuka soal status positif HIV melalui testimoni merupakan langkah awal untuk penanggulangan masalah ini. Kalau Anda tidak terbuka pada orang lain, bagaimana orang lain bisa mengerti Anda?

Testimoni merupakan sumbangan penting yang dapat diberikan Odha/Ohidha dalam penanggulangan HIV/AIDS. Menciptakan suasana di masyarakat bagi keterlibatan secara aktif Odha/Ohidha dalam segala aspek penanggulangan tersebut.

Menurur piramida GIPA, testimoni meurpakan bentuk keterlibatan Odha dalam posisi ke-3. Testimoni merupakan langkah yang ketiga seorang Odha hingga untuk sampai ke jenjang pengambil keputusan.

Bagi saya, testimoni merupakan langkah awal saya untuk melangkah lebih ke depan lagi. Berawal dari testimoni, saya bisa terlibat sebagai tim penasehat Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI), jaringan Odha Perempuan yang akan menjadi tim advokasi untuk menyuarakan kebutuhan perempuan, baik secara lokal maupun nasional. Saya yakin, dengan testimoni saya mampu mengenal orang-orang yang mampu mendorong dan membantu saya untuk mencapai piramida GIPA yang teratas. [***]

This page is powered by Blogger. Isn't yours?