9/04/2006

Panggilan Lonceng Peduli HIV/AIDS

Kalangan pemusik pun peduli masalah HIV/AIDS. Ini tulisan lama. Tapi gapapa kalo baru diposting di blog ini.

Semoga berguna,


Penunggu Blog
***

Panggilan Lonceng Peduli HIV/AIDS

Oleh Yusuf Rey Noldy, Yayasan Hatihati

Jumat malam awal Agustus lalu, 15 band underground Denpasar berkumpul untuk menunjukkan kepedulian pada masalah HIV/AIDS dan narkoba. Mereka tampil di konser bertajuk Tinkerbell Part 2. Konser tersebut digelar Tinkerbell, kumpulan anak muda underground di Denpasar, bekerjasama dengan Yayasan Hatihati, lembaga swadaya masyarakat penanggulangan HIV/AIDS di kalangan pengguna narkoba suntik (penasun). Selain 15 band undergorund, konser itu juga dimeriahkan tiga band tamu yaitu Superman Is Dead, The Djihard dan Postmen. Total 18 band yang main membuktikan bahwa musisi Bali juga peduli pada masalah HIV/AIDS.

Sebagai dukungan pada penanggulangan HIV/AIDS dan narkoba, konser itu juga diisi dengan testimoni oleh Gale, mantan penasun. Selain testimoni, Gale yang kini bertugas sebagai petugas lapangan Yayasan Hatihati itu juga memberikan sosialisasi tentang HIV/AIDS dan narkoba. Informasi tersebut tambah lengkap karena di sela-sela konser, pembawa acar juga mengampanyekan bahaya narkoba dan pentingnya penanggulangan HIV/AIDS di Bali. Acara yang digelar di bekas lokasi pameran Jl Kargo Permai Ubung Denpasar Utara itu dipandu MC dari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.

Menurut ketua panitia Nova tema yang diangkat dalam konser kali ini adalah “A Sad Awakening”. Apabila digabung dengan Tinkerbell, maka artinya panggilan lonceng bangkit dari kesedihan. Menurut Nova hal ini untuk mengajak semua pihak bangkit dari kesedihan akibat bencana di tanah air maupun dari persoalan HIV/AIDS dan narkoba yang tak kunjung selesai di negeri ini. Sengaja atau tidak, tema ini sangat pas karena juga digelas pas Agustusan sesuai dengan tema kemerdekaan.

Nova menambahkan, konser seperti ini sebenarnya sudah pernah dilaksanakan tetapi pada pelaksanaannya belum pernah melibatkan LSM. “Baru kali ini kami melibatkan LSM dengan tujuan mengubah persepsi masyarakat terhadap musik underground. Bahwa musik underground tidak identik dengan drugs,” tegasnya.

Untuk menggelar konser ini, lanjut Nova, pihaknya sangat kesulitan mencari sponsor utama. Toh begitu ada beberapa pihak yang membantu dalam penggalangan dana konser, acara ini tetap bisa terlaksana sesuai jadwal panitia pelaksana.

Kesulitan juga terjadi akibat susahnya mencari tempat konser di Denpasar. “Tempatnya sangat terbatas,” kata Nova. Nyatanya, setelah ke sana kemari, di dapatlah tempat konser di bekas lokasi pameran tersebut. “Kami melihat antusias penonton sangat baik. Meski pun sempat terjadi kericuhan kecil, itu merupakan bagian dari ekspresi mereka terhadap musik dan tidak ada masalah. Sebab setelah itu mereka berbaur kembali menikmatinya,” ujar Nova.

Dalam konser ini, panitia sebenarnya menargetkan bisa menjual 1000 tiket plus kondom yang disediakan pihak sponsor. ternyata tiket yang terjual habis hanya 800 lembar. “Masih jauh dari harapan panitia, tapi kami cukup puas karena acara ini berlangsung sukses,” kata Nova. “Kami berharap acara ini bisa berlanjut terus tiap tahun dan kami tetap akan bekejasama dengan lembaga-lembaga sosial,” ujar mahasiswa ISI Denpasar ini.

Harapan Nova disambut baik Vicky, program manager Yayasan Hatihati. “Acara seperti ini sangat bagus karena kami bisa berinteraksi dengan komunitas musik terutama aliran punk dan memberikan informasi HIV/AIDS serta narkoba,” kata Vicky. Menurutnya, konser bisa jadi sarana kampanye pada remaja, khususnya pada penikmat band aliran punk. Informasi misalnya narkoba secara umum dan dampak buruk dari pemakaian drugs itu sendiri.. “Paling penting, yang kami ingin sampaikan adalah musik tanpa drugs adalah nikmat,” tegasnya.

Untuk ke depan, Yayasan Hatihati mempunyai rencana untuk melakukan kegiatan serupa tetapi dengan mengorganisir lebih baik agar informasi tentang HIV/AIDS dan narkoba yang nantinya disampaikan bisa lebih terarah. “Kami masih ingin bekerjasama dengan pihak Tinkerbell dalam mengorganisir komunitas band underground,” ujar Vicky.

This page is powered by Blogger. Isn't yours?