12/01/2006

Makin Banyak Ibu Rumah Tangga Terinfeksi HIV

Makin Banyak Ibu Rumah Tangga Terinfeksi HIV

[Luh De Suriyani, anggota Komunitas Jurnalis Peduli AIDS Bali]

Hari ini umat manusia memperingati hari AIDS se-Dunia (HAS). Momentum ini berawal dari kesadaran bahwa HIV/AIDS sudah menjadi ancaman biologis terbesar di dunia. Setiap harinya diperkirakan muncul 14.000 infeksi baru HIV. Sebanyak 95 persen lebih berasal dari negara dengan pendapatan menengah ke bawah. Di Indonesia, saat ini diperkirakan ada 90.000- 130.000 orang dengan HIV/AIDS. Hingga 2010 diperkirakan jumlahnya meningkat jadi 1-5 juta orang. Bali termasuk salah satu dari 6 propinsi yang berstatus epidemi HIV/AIDS terkonsentrasi, selain Papua, Riau, Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur.

Masyarakat Indonesia mulai mengenal HIV/AIDS pada 1987, ketika kasus pertama infeksi ini ditemukan di Bali. Barangkali sebelumnya infeksi ini telah ada tapi tak diketahui. Kasus pertama yang dilaporkan itu terjadi pada seorang pria asing yang telah berada pada fase AIDS, yaitu ketika sejumlah gejala penyakit menyerang tubuh karena menurunnya kekebalan tubuh akibat HIV.

Setelah hampir 19 tahun, penanggulangan HIV/AIDS masih mengkampanyekan dua hal untuk menghindari HIV yakni jangan berhubungan seks atau setia pada satu pasangan dan menghindari penggunaan narkoba suntik. Wakil Presiden Yusuf Kalla pada AIDS Walk 2006, acara jalan santai jelang peringatan Hari AIDS Internasional tahun ini masih membawa dua isu sebagai isu sentral kampanye penanggulangan AIDS. Secara eksplisit sebagian kasus infeksi HIV di Indonesia ditengarai tertular melalui hubungan seks dan penggunaan narkoba suntik.

Sejumlah media nasional menuliskan dua isu itu. Kembali masyarakat dibuai bahwa hanya orang yang melakukan hubungan seks tidak aman dan menggunakan narkoba suntik beresiko tinggi kena HIV. Benarkah?

Coba tengok saudara kita di ujung utara Bali. Belasan ibu rumah tangga dan anak-anak kini berjuang melawan HIV dalam tubuhnya. Sebagaian besar dari mereka bahkan tak pernah tahu apa itu narkoba, apalagi melakukan hubungan seks dengan orang lain selain pasangannya.

Yayasan Citra Usadha Indonesia (YCUI) melalui petugas penjangkaunya di sejumlah kabupaten di Bali yang membuka kasus-kasus itu ke permukaan. Sehingga membuka mata bahwa HIV/AIDS memang mulai masuk ke populasi umum. Semua orang, tanpa disadari bisa tertular HIV. Menurut data YCUI, di Kabupaten Buleleng saja yayasan ini membantu 23 anak dan balita yang menjadi yatim atau yatim piatu karena orang tuanya terinfeksi HIV. Beberapa di antara anak-anak itu juga ada yang positif HIV. Diyakini, masih banyak kasus serupa di seluruh kabupaten di Bali.

Persoalan kuncinya adalah masyarakat masih buta informasi dan terstigma bahwa orang “baik-baik” tak mungkin kena HIV. Penguatan informasi dasar pencegahan penularan virus ini harus terus digemakan. Tak cukup dengan terus mengatakan, “Hai, setia pada pasangan, jangan pake narkoba suntik.”

Berdasar data Dinas Kesehatan Provinsi Bali, penggunaan narkoba suntik dan hubungan seks memang menjadi kasus penularan HIV tertinggi. Per September 2006, dilaporkan 1136 kasus HIV/AIDS di Bali. Hampir 50 persen terjadi pada pengguna narkoba suntik. Para pengguna narkoba suntik memang menjadi fokus penjangkauan LSM dan semakin banyak dari mereka yang mulai sadar tes HIV. Itu yang berkontribusi pada tingginya kasus infeksi HIV pada pengguna narkoba suntik. Semakin banyak dijangkau, semakin terungkap kasusnya.

Cap buruk pada orang tertentu yang mudah terinfeksi HIV harus ditinggalkan. Siapa pun bisa kena karena HIV mudah tertular melalui jalan masuk seperti darah, cairan kelamin, dan air susu ibu yang terinfeksi HIV. Akan lebih mudah menghindarinya jika semakin banyak orang yang terinfeksi HIV/AIDS (Odha) terbuka pada pasangannya, sarana dan prasarana kesehatan mendukung perawatan dan pengobatannya, dan peduli pada siapa pun yang terdampak HIV/AIDS.

Komitmen Sanur, kesepakatan penanggulangan HIV/AIDS pemerintah provinsi Bali, pun masih menitikberatkan pada dua masalah tersebut: hubungan seks tidak aman dan pemakaian jarum suntik tidak steril. Tantangan bagi pemerintah dan lembaga penanggulangan AIDS untuk mencegah penularan HIV pada pasangan dan anak-anaknya. Menjangkau lebih banyak lagi populasi yang tersembunyi, dimana penularan HIV berlangsung sangat cepat.

Pencegahan penularan di lingkup keluarga akan membangkitkan kepeduliaan masyarakat luas akan HIV/AIDS. Ini terjadi di sebuah desa di Buleleng, ketika sejumlah keluarga terinfeksi. Tetangga dan kerabat mereka menjadi percaya bahwa HIV begitu dekat dan mudah dihindari. Salah satunya dengan menegakkan janji untuk tes darah lebih dini dan terbuka pada pasangan. Tegakkan janji untuk melindungi diri sendiri dan orang lain. [***]

This page is powered by Blogger. Isn't yours?