11/21/2006

Masih Ada Stigma dan Diskriminasi pada Odha

Masih Ada Stigma dan Diskriminasi pada Odha

[Martinus S Agus, Koordinator Lapangan Yayasan Kesehatan Bali (Yakeba)]

Masih banyaknya masyarakat yang secara langsung maupun tidak sengaja melakukan diskriminasi pada orang dengan HIV/AIDS (Odha) merupakan bukti bahwa advokasi dan informasi mengenai penularan HIV pada masyarakat belum maksimal.

Salah satu contohnya terjadi pada Rudi (nama samaran). Meski sudah ikut voluntary, conselling, and testing (VCT), dia tetap kaget ketika tahu hasil tesnya positif HIV. Tapi dia tetap menerimanya. Rudi sempat galau bagaimana menghadapi keluarga besarnya. Namun akhirnya Rudi diri menyampaikan hasil tes. Keluarga besar Rudi shock. Mereka malu dan tidak mau menerima Rudi pulang ke rumah. Bahkan anaknya yang berumur enam tahun pun dicurigai mengidap HIV juga.

Masih banyak kasus seperti Rudi. Lingkungan dan masyarakat menutup diri, tidak mau peduli dengan masalah HIV/AIDS. Mereka merasa anggota keluarganya orang bermoral, hidup lurus-lurus saja, dan taat beragama. Jadi seolah-olah tidak mungkin tertular HIV.

Tidak mau tahu masalah HIV/AIDS adalah salah satu penyebab masih maraknya diskriminasi pada Odha. Pengetahuan dan informasi mengenai HIV/AIDS yang kurang pun menyebabkan terhambatnya ruang gerak Odha untuk maju untuk hidup normal seperti masyarakat biasa. Padahal Odha pun produktif seperti masyarakat umumnya.

Odha hanya rentan terhadap segala jenis penyakit baik ringan maupun berat karena sistem kekebalan tubuhnya sudah menurun kalau HIV ada di dalam darahnya. Namun kekebalan tubuhnya akan tetap kuat dan stabil kalau dia ikut teraphi ARV dengan baik dan benar serta didukung pola hidup sehat.

Diskriminasi akan selalu ada selama masyarakat masih menutup diri dan tidak mau belajar dari segala informasi yang sekarang banyak diberitakan oleh media elektronik maupun media massa. Ada pula penyuluhan dari instansi-instansi terkait. Masyarakat dan aparat sebaiknya memberikan peluang, waktu, dan tempat pada mereka yang peduli HIV/AIDS untuk memberikan informasi. Masalah HIV/AIDS adalah masalah global, bukan hanya masalah tetangga atau keluarga. HIV/AIDS adalah masalah kita semua, penduduk dunia yang mendiami planet ini

Dukungan masyarakat, terutama keluarga, sangat penting bagi Odha terutama yang sudah minum ARV. Sebab ARV hanya untuk menekan perkembangan HIV dalam darah Odha). Terapi ini akan maksimal di dalam tubuh kalau klien selama menaati aturan dan cara mengkonsumsi ARV. Tentu saja harus disertai pola hidup sehat. Karena kalau mengkomsumsi ARV tanpa disiplin dan tanpa aturan bisa menyebabkan resistensi (obat tidak bekerja dengan maksimal dan bisa melipatgandakan virusnya). Pada akhirnya akan merugikan Odha yang lagi menjalani teraphi ARV. Keluarga berperan mengingatkan dan mendisiplinkan Odha untuk minum obat ini.

Segala jenis obat alternatif apa pun namanya sampai hari ini tidak ada yang bisa membunuh virus HIV. Yang bisa kita lakukan sekarang sebagai anggota masyarakat adalah mencari informasi baik sebagai pencegahan, pengobatan, pelayanan tentang HIV/AIDS pada tempat dan orang yang benar-benar mengerti masalah ini.

Masih ada masyarakat dan keluarga yang takut tertular HIV karena tidur, makan sepiring, mandi satu kolam renang, dan satu toilet dengan Odha. Semua itu salah! HIV hanya menular melalui jarum suntik tidak steril, hubungan seks tanpa kondom, atau dari air susu ibu ke anaknya. Karena itu tidak perlu takut tertular HIV hanya karena tidur, makan sepiring, bergantian toilet, atau satu kolam renang dengan Odha. Memperlakukan Odha dengan diskriminatif adalah juga melanggar hak asasi manusia (HAM) lho!

Saat ini di seluruh dunia diperkirakan ada 60 juta orang telah tertular HIV, 21 juta di antaranya meninggal karena infeksi oportunistik. Apakah kita mau menambah saudara kita meninggal karena HIV/AIDS? Sebab saudara kita itu didiskriminasi dan diadili massa kalau dia membuka statusnya. Teman-teman kita (Odha) tidak pernah minta dikasihani. Yang mereka butuhkan adalah dukungan agar mereka bisa diterima dan menjalani hidup normal seperti masyarakat umumnya. [***]

This page is powered by Blogger. Isn't yours?