12/06/2006

Musisi Bali Turut Peduli

Musisi Bali Turut Peduli

[Luh De Suriyani, anggota Komunitas Jurnalis Peduli AIDS Bali]

Musisi Bali pun peduli penanggulangan HIV/AIDS.

Gerimis di sentral parkir Kuta tidak menghalangi sekitar 1000 penonton awal Desember tahun lalu. Saat itu Rock on for AIDS (RofA) pertama kali diadakan. Dari namanya jelas terlihat konser dari pagi hingga malam itu memang diadakan dalam rangka kampanye penanggulangan HIV/AIDS di Bali. Di tengah konser, penonton bersama-sama meniup kondom, alat pencegah penularan HIV.

Meski konser amal, puluhan artis dan band Bali dengan senang hati terlibat kegiatan itu. Antara lain Ladies Room, XXX, Naviculla, dan Superman is Dead (SID). Boomerang dari Jakarta dan Dewa Suwija dari Inggris juga sampai mau datang untuk mendukung konser tersebut. Agar info tentang HIV/AIDS juga sampai, tiap jeda grup yang tampil diselingi informasi tentang HIV/AIDS. Misalnya bahwa HIV/AIDS tidak menular lewat kontak sosial seperti jabatan tangan.

Melibatkan musisi merupakan hal baru dalam kampanye HIV/AIDS di Bali. Menurut Mercya Soesanto, media relation officer (MRO) Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Bali sekaligus penggagas RofA, keterlibatan artis penting dalam kampanye karena suara mereka lebih bisa didengar. “Juga agar musisi sadar bahwa HIV/AIDS juga persoalan kita bersama,” katanya. Sebab, musisi punya massa tersendiri.

Kenyataan ini dibenarkan Jerinx, drummer SID yang mendukung RofA. Dia mengaku mau memberikan kontribusi penanggulangan HIV/AIDS karena dunia yang makin pada hedonis. “Kita dituntut tanggung jawab karena kita punya massa. Mereka mendengar musik dan lirik kita. Masalahnya anak muda tidak mau digurui. Jadi ya, kita sambil bercanda dan santai,” katanya waktu itu.

Selain melalui konser RofA, beberapa band di Bali juga secara tegas menjadikan masalah HIV/AIDS sebagai kampanye ketika tampil. Ladies Room salah satunya. Band yang seluruh personilnya perempuan dan aktif di Kisara ini selalu memberikan pesan tentang perlunya pencegahan HIV/AIDS dan penanggulangan narkoba. Ada pula Pandawa, band remaja, yang sudah jadi ikon kampanye penanggulangan HIV/AIDS.

Selain band yang sudah punya nama itu, ada pula band-band baru yang menyelipkan info tentang HIV/AIDS saat tampil. Hal ini dilakukan The Wankers yang sering main di bar-bar di Kuta. “Kami akan memberikan informasi HIV/AIDS sebatas yang kami mampu,” kata Konok, salah satu personel band The Wankers. Konok yang mantan pecandu narkoba itu hafal benar apa itu HIV, bagaimana penularan, hingga cara pencegahannya.

Kalau band-band di atas menjadikan HIV/AIDS sebagai “selingan”, ada pula band yang dibentuk khusus untuk kampanye HIV/AIDS. Maklum, band ini memang dibentuk oleh aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM) penanggulangan HIV/AIDS. “Kami senang disebut sebagai band spesialis HIV/AIDS,” ujar Moyong, pentolan Yake Band, nama band tersebut. Band amatir ini pun tampilnya ya tak jauh-jauh dari kegiatan-kegiatan penanggulangan HIV/AIDS.

Entah profesional entah amatir, semua band itu menunjukkan bahwa musisi Bali pun tak ketinggalan dalam penanggulangan HIV/AIDS. [***]

This page is powered by Blogger. Isn't yours?