12/19/2006

Mencari Jati Diri Tanpa Narkoba

Mencari Jati Diri Tanpa Narkoba

[Yusuf Rey Noldy, Konselor Yayasan Hatihati, mantan pecandu narkoba]

Beberapa tahun belakangan ini terdapat banyak bukti ilmiah yang menunjukkan penggunaan narkoba dapat menyebar dengan cepat di daerah yang kondisi sosial, ekonomi serta politiknya kurang baik. Narkoba sampai dengan saat ini masih menjadi masalah yang harus disikapi dengan serius oleh semua pihak. Kita semua tahu bahwa narkoba tidak memandang latar belakang agama, suku, maupun ras. Salah melangkah berarti kita berada dalam dunia hampa yang di mana kita akan menemukan banyak masalah di dalamnya yaitu dunia kecanduan.

Dalam dunia kecanduan ini pun remaja menjadi target yang empuk bagi para bandar narkoba untuk mencari “mangsa-mangsa” baru maupun untuk mengais keuntungan dari bisnis narkoba ini. Beberapa faktor mengemuka yang dapat menjadikan peluang bagi para bandar narkoba ini untuk memuluskan aksinya dalam membujuk para remaja adalah rasa ingin tahu akibat pergaulan. Remaja dibujuk dengan anggapan seolah-olah memakai narkoba adalah sesuatu yang keren. Padahal tidak sama sekali!

Jiwa remaja sebagi akibat dari pertumbuhan kedewasaan mencari jati diri menjadi poin penting tersendiri bagi para bandar yang memang piawai mencari mangsa baru. Remaja yang tidak mempunyai bekal informasi narkoba dan pendirian kuat adalah sasaran empuk untuk direkrut menjadi pecandu-pecandu baru.

Masalah kemudian muncul ketika mereka berada dalam dunia kecanduan. Keceriaan dari setiap aktivitas yang mereka lakukan sebelum jadi pecandu hilang tak berbekas. Minat dan bakat untuk mengejar cita-cita berubah menjadi minat dan bakat untuk melakukan tindak kriminal. Energi jiwa muda menjadi lemah tak berdaya akibat dari pengaruh narkoba.. Pijaran lampu masa depan yang mulanya terang lama kelamaan redup dihalau belenggu kecanduan. Pagi hari waktunya berangkat mencari ilmu disibukkan dengan bagaimana menutupi rasa sakit dalam tubuh. Asa yang begitu menggebu-gebu dalam mencapai prestasi hilang tak berbekas berbaur dalam kehidupan yang tak pasti arah dan tujuan.

Kenikmatan sesaat menjadi petaka dikemudian hari, petaka yang siap menunggu waktu itu adalah Humman Immunodeficiency Virus (HIV), virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan penyebab munculnya kumpulan sindrom menurunnya sistem kekebalan tubuh, biasa disebut Aquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS).

Narkoba itu sendiri memang tidak mengakibatkan pecandu terinfeksi HIV tetapi perilaku pemakaian narkoba itulah yang membuka masuknya HIV masuk dalam tubuh pecandu. Contoh paling nyata yang bisa kita lihat adalah perilaku penggunaan jarum suntik secara bergantian antara sesama pengguna narkoba suntik (penasun) dengan budaya meminjam atau meminjamkan jarum suntik mereka kepada sesama penasun. Hal ini membuka pintu masuknya HIV kedalam tubuh. Tragis, itulah yang tergambarkan sekilas tentang dunia pecandu. Mereka sadar akan hal ini tetapi mereka tidak berdaya menahan rasa sakit yang timbul dari akibat penggunaan narkoba.

Untuk diketahui dari estimasi jumlah pecandu narkoba di Bali pada 2003 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sebanyak 2500 orang. Ada pun jumlah kasus HIV dan AIDS di Bali pada kelompok penasun masih menjadi kasus tertinggi yaitu sekitar 45 persen per September 2006 lalu.

Hal ini tentunya perlu kita pikirkan dan perlu ada tindakan cepat. Sebab kesadaran tanpa usaha adalah hal yang sia-sia. Aparat penegak hukum sudah mempunyai tugas dalam menindak peredaran gelap narkoba. LSM dengan pendekatan ke para pecandu mempunyai peran dalam memberikan pemahaman kepada para pecandu agar para mereka menyadari dampak penggunaan narkoba terhadap diri mereka maupun lingkungan. Selain dari pada itu pembentukan kelompok-kelompok sisiwa peduli AIDS dan narkoba sangat efektif dan penting bagi remaja sekolah, karena ini bagian dari upaya untuk membentengi diri remaja dari setiap godaan yang terjadi dalam pergaulan.

Upaya-upaya dari apa yang sudah dilakukan ini akan berjalan dengan baik apabila semua pihak bisa saling mendukung untuk memperkuat barisan menghadapi peredaran gelap narkoba maupun epidemi HIV yang setiap waktu siap mengancam kehidupan generasi muda kita. Untuk mewujudkan semua itu perlu peran dan dukungan dari semua pihak karena bagaimanapun juga narkoba dan HIV/AIDS merupakan persoalan kita semua. Bagi remaja untuk mencari jati diri sebagai proses dari kedewasaan tidak harus menggunakan narkoba dan yang perlu ditanamkan mulai sekarang sampai kapan pun adalah bagaimana remaja tidak enggan untuk berkata tidak pada narkoba. [***]

This page is powered by Blogger. Isn't yours?