9/20/2006

Pengetahuan HIV/AIDS bagi Calon TKI

Pengetahuan HIV/AIDS bagi Calon TKI

[Martinus S Agus, staf Yayasan Kesehatan Bali (Yakeba)]

Bila Anda ingin bekerja di luar negeri, sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI), sebaiknya carilah dulu informasi tentang HIV/AIDS. Kenapa demikian?

Kerja di luar negeri, hingga saat ini masih jadi salah satu pilihan untuk menghasilkan dollar. Di Bali misalnya banyak sekali tenaga kerja yang berminat bekerja di kapal pesiar. Melihat besarnya gaji yang didapat, siapa pun pasti antusias dan ingin ikut bekerja di kapal pesiar.

Persoalannya ada beberapa negara yang ketat memberlakukan aturan mengenai syarat kesehatan seorang calon TKI. Perlahan tapi pasti beberapa perusahaan luar negeri pun memberlakukan hal yang sama, sangat ketat mengenai kesehatan calon tenaga kerja. Walau pun dari negara asal TKI sudah lolos pemeriksaan kesehatan, tapi di negara tujuan bekerja tetap diadakan pemeriksaan kesehatan lagi.

Perilaku ini memang diskriminatif. Saya sendiri tidak sepakat dengan adanya aturan ini. Apalagi kalau tes HIV dilakukan tanpa konseling dan tes secara suka rela atau voluntary, conceling, and testing (VCT). Tapi TKI tidak punya pilihan lain karena aturan itu sudah berlaku di negara tujuan. Kita perlu mengantisipasi persoalan ini sembari menunggu dihapuskannya aturan tes HIV bagi calon TKI tanpa VCT.

Melihat dari persoalan tersebut di atas, tes HIV jadi salah satu tiket untuk lolos jadi TKI. Kenapa? Karena aturan di tiap-tiap negara memang berbeda. Untuk itu calon TKI perlu tahu tentang apa itu HIV/AIDS, bagaimana penularan, dan seterusnya. Ada risiko bahwa jika tidak tahu, maka bisa tertular. Kalau sudah tahu, setidaknya bisa menghindari hal-hal yang potensial menularkan HIV.

Kasihan kan kalau gara-gara tidak tahu tentang HIV/AIDS Anda ditolak kerja di luar negeri. Padahal untuk kerja di kapal pesiar misalnya tak sedikit uang yang harus keluar. Ada yang sampai Rp 20 juta. Uang itu bisa dari jual tanah, jual mobil, atau hasil tabungan bertahun-tahun.

Kalau ijazah sudah di tangan, keterampilan sudah ada, dan semua persyaratan sudah terpenuhi tapi Anda ditolak gara-gara perusahaan yang masih diskriminatif pada orang dengan HIV/AIDS (Odha) kan bisa jadi masalah. Kita perlu mengantisipasi agar pengorbanan modal yang sudah dikeluarkan itu tidak sia-sia. Strateginya dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai cara penularan HIV/AIDS, instansi mana yang punya kerja sama dengan kesehatan khususnya masalah HIVAIDS, serta lembaga swadaya masyarakata (LSM) apa saja yang menangani masalah ini.

Makin banyak kita tahu akan makin bagus untuk bahan persiapan. Tidak usah malu bertanya. Sebab malu bertanya sesat di jalan.

Selain mencari informasi mengenai HIV/AIDS ke instansi pemerintah maupun LSM, tak kalah pentingnya adalah menjaga perilaku kita terutama kalau kita termasuk orang yang sudah aktif melakukan hubungan seksual. Jika Anda sudah punya pasangan, cari paling aman adalah dengan saling setia. Tidak usah berganti pasangan. Namun jika Anda orang yang suka berganti pasangan, sebaiknya gunakan alat pengaman. Dalam hal ini kondom.

Tak laha pentingnya adalah menghindari perilaku berbagi jarum, terutama bagi pengguna narkoba dengan jarum suntik (penasun). Sebab, saat ini perilaku berbagi jarum suntik di kalangan penasun jadi sumber penularan HIV terbesar di Bali.

Jadi untuk Anda yang akan jadi TKI, tunggu apa lagi? Carilah informasi sebanyak mungkin. Apalagi jika Anda termasuk orang yang berisiko seperti seks berganti pasangan atau mengguna narkoba dengan jarum suntik, ikutilah VCT. Di sana akan diberitahu tentang HIV/AIDS untuk kemudian disarankan tes jika Anda siap. Hingga saat ini, semua layanan itu gratis kok.

Dengan demikian, Anda sudah mengantisipasi sebelum sesuatu yang lebih buruk terjadi. Ingat, sebelum hujan, kita harus sedia payung. Kecuali jika Anda memang siap basah kuyup kena hujan lalu jatuh sakit. [***]

This page is powered by Blogger. Isn't yours?