12/30/2006

Peran Orang Tua dalam Pencegahan HIV/AIDS

Peran Orang Tua dalam Pencegahan HIV/AIDS

[Alvien Cartner, staf Yayasan Bali Plus, mantan pecandu narkoba]

Peran orang tua dalam penanggulangan HIV/AIDS jarang dibicarakan. Padahal sebagai orang yang paling dekat dengan anak, terutama yang masih remaja, orang tua berperan besar dalam mempengaruhi perilaku anak. Peran ini bisa dimulai dan sangat efektif terutama dalam proses pencegahan penularan HIV.

Orang tua berperan dalam memberikan perhatian kepada anak yang mulai remaja. Sebab remaja di dalam lingkungan pasti akan berkomunikasi dan berhubungan dengan siapa saja yang dianggap cocok dengan pencarian jati diri terutama pada fase remaja. Orang tua, bagaimanapun adanya, tetap adalah orang yang paling dekat dengan anak. Biasanya kedekatan itu ditandai juga dengan perhatian pada anak. Orang tua biasa memberikan kebebasan pada anak sebagai bagian dari perhatian. Suatu hal yang positif jika remaja bisa diberikan kebebasan berkomunikasi dengan diiringi pula dengan kegiatan positif seperti berolah raga, belajar berkelompok bersama dan kegiatan lainnya.

Namun kebebasan yang berlebihan justru bisa jadi bumerang. Memberikan kebebasan berlebihan justru akan menjerumuskan anak atau remaja kepada hal-hal negatif.

Ketika pada fase remaja, anak cenderung ingin tahu dan mulai mencoba hal baru untuk bisa mengekpresikan masa remaja. Mereka merasa masa remaja adalah masa yang tepat untuk bersenang-senang, hura-hura dan bebas bergaul dengan siapa saja. Pada saat hal itu tidak terkendali dari kontrol orang tua maka hal-hal yang negatif akan mudah diserap dan dilakukan oleh si anak. Coba-coba ini bisa dari yang sepele hingga paling berat. Misalnya mencoba-coba narkoba dengan berbagi jarum suntik bersama kawannya. Tanpa disadari HIV, virus penyebab AIDS, sudah menulari mereka lewat perilaku berisiko tadi.

Di dalam hal mencoba-coba seperti pemakaian narkoba dengan jarum suntik, awalnya adanya komunikasi antara yang menawarkan dan memberikan janji-janji muluk tentang kenikmatan yang akan didapat setelah memakai narkoba. Melihat sesuatu yang baru si remaja pun tertarik. Apalagi diiming-imingi bahwa dengan memakai narkoba semua masalah akan selesai, selalu merasa senang dan tak ada masalah yang tak selesai.

Padahal sebaliknya. Menggunakan narkoba berakibat sangat fatal untuk masa depan si remaja yang seharusnya menjadi generasi penerus bangsa dan kebanggaan orang tua.

Sekali mencoba berarti kontrak seumur hidup dengan narkoba. Karena sifat narkoba itu sendiri memberikan efek ketergantungan yang tidak pernah putus-putus. Nikmat satu jam sengsara berjam-jam bahkan tak kenal waktu jika sudah ketergantungan. Pecandu selalu dikejar untuk mendapatkan kenikmatan namun tanpa disadari akan dibarengi dengan kesakitan karena efek adiksi yang harus selalu memakai untuk menutupi rasa sakaw atau sakit akibat putus obat.

Ketergantungan si anak pada narkoba akan berdampak pada orang tua. Dari si anak yang awalnya rajin belajar akan mulai berubah dalam perilaku di rumah, si anak akan mulai terlihat malas dan acuh tak acuh pada keluarga, si anak akan mulai pintar berbohong pada orang tua untuk mencari kesempatan lebih sering keluar rumah yang tak biasanya dilakukan sebelum kecanduan narkoba. Jika hal demikian sudah terjadi perlu dicurigai dan disikapi dengan memberikan perhatian khusus seperti melihat langsung kegiatan si anak apakah benar dengan alasan-alasan dan kegiatan yang dilakukan di luar rumah.

Namun jika hal seperti ini didiamkan saja oleh orang tua para orang tua akan mulai muncul permasalahan baru.dari yang berbohong, menggadai barang di rumah, meminta uang yang jumlahnya tak wajar seperti biasanya sampai mencuri barang di rumah dan yang lebih buruk lagi akan dilakukan diluar rumah.

Kenapa sampai seperti itu perilaku si anak? Tentu saja stimulan ketergantungan dari narkoba sudah melekat di kehidupan si anak yang dari awalnya mencoba, iseng, gengsi kalau tidak pakai, sampai hanya untuk menutupi rasa sakit daripada kenikmatan narkoba itu sendiri dikarenakan dosis yang semakin lama semakin meningkat.

Tidak sampai di sini saja masalah baru akan muncul yaitu tanpa disadari pemakaian jarum suntik secara bergantian akan memberi kesempatan HIV untuk menular ke tubuh orang lain. Anak itu bisa tertular dan bisa menularkan. Virus itu sendiri tidak memandang latar belakang orang, baik itu suku, dan agama.

Untuk itu peran orang tua adalah kunci untuk mengantisipasi dan membimbing si anak agar tidak terjerumus pada narkoba. Karena di sini kedekatan orang tua dan anak adalah nyata dalam keluarga. Orang tua perlu memonitoring pergaulan dalam lingkungan si anak. Untuk itu orang tua perlu tahu pengetahuan dan dampak buruk narkoba sampai pencegahan HIV/AIDS. Pengetahuan ini bisa didapat melalui lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM) penanggulangan AIDS atau lembaga lain. Salah satu LSM tersebut adalah Bali+. Dengan bertanya pada orang yang tepat orang tua dapat mengakses informasi seputar HIV/AIDS dan dapat dibagikan kepada anak khususnya pada remaja.

Mari kita sikapi lewat pencegahan HIV/AIDS dan pemberian informasi kepada anak cucu kita karena mereka adalah generasi penerus bangsa.Indonesia yang sehat tentu saja Indonesia yang kuat. [***]

This page is powered by Blogger. Isn't yours?