9/27/2006

Simalakama Puasa bagi Odha

Simalakama Puasa bagi Odha


[Asep Hidayat, anggota kelompok dukungan Addict+]

Bulan suci Ramadhan telah tibas. Kehadiran bulan ini disambut gembira umat Muslim di seluruh dunia. Sebab bulan penuh berkah ini, jadi bulan penuh ampunan dan kesempatan menuai pahala berlipat-lipat bagi.

Namun, bulan puasa juga jadi dilema bagi orang dengan HIV/AIDS (Odha) muslim yang menjalankan terapi anti-retroviral (ARV). Sebab ARV harus diminum tepat waktu dan tak boleh putus. Jika harus tetap ikut berpuasa, maka otomatis satu bulan penuh pola minum obat tidak teratur. Padahal seharusnya ARV harus diminum tepat waktu dan seumur hidup. Kalau sekali saja tidak minum akan menyebabkan resistensi dan kegagalan terapi.

Bagi Odha muslim yang mempunyai kewajiban berpuasa, keadaan ini membuatnya serba salah. Di satu sisi sebagai muslim ia harus menjalankan perintah Tuhan. Sementara di sisi lain jika tetap pada pendiriannya untu menjalankan puasa tentu akan menimbulkan hal yang ia takutkan yaitu kegagalan terapi. Sementara secara psikologis hal tersebut juga membuatnya tertekan dan harus memilih yang mana, puasa atau tetap terapi ARV meski paham dan yakin bahwa kuasa Tuhan di atas segala-galanya.

Jika dipahami secara seksama, ketakutan terbesar Odha ialah kegagalan terapi dan akhirnya muncul infeksi oportunistik (IO) yang menyebabkan kematian. Urusan mati-hidup seseorang, memang Tuhan yang mengatur. Namun terkadang, alasan terapi ARV-lah yang membuat Odha tersebut serba salah dalam dilema berkelanjutan. Kalau tetap terapi berarti tidak menjalan perintah Tuhan. Sementara kalau tidak terapi berarti dengan sengaja membiarkan kematian datang.

Hal ini dialami Yusuf (nama samaran). Ia mengaku bingung mana yang harus dipilih, sementara ia sendiri paham bahwa pada akhirnya setiap mahluk hidup akan kembali pada Tuhannya. Namun karena ia sedang menjalankan terapi ARV, sudah dua kali bulan puasa ia lewati dengan tidak berpuasa. Perasaan bersalah dan dosa selalu menghantuinya.

Ia pun berharap suatu hari nanti obat untuk menyembuhkan HIV dapat ditemukan, atau cara kerja ARV tidak mengikatnya seumur hidup. Sehingga selain terapi ARV Odha juga bisa menjalankan terapi Spiritual.

Bagi sebagian orang, Odha muslim seharusnya lebih tegas untuk menentukan pilihan terkait masalah terapi ARV dan kewajibannya sebagai muslim untuk berpuasa. Namun kenyataannya, posisi Odha yang selalu serba salah itu sampai saat ini belum ada jalan keluarnya. Bahkan beberapa dokter yang menangani pasien terapi ARV pun tidak mampu memberi solusi yang tepat. Menanggapi masalah tersebut dokter hanya memberikan pilihan yaitu, ”Kalau ingin hidup lebih lama, Anda harus tetap menjaankan terapi. Tapi jika Anda merasa yakin dan percaya dengan pertolongan Tuhan, silakan berpuasa,” ujar salah seorang dokter.

Lalu sampai kapan hal ini harus ia hadapi tanpa ada solusinya. Apakah selamanya Odha muslim tidak bisa berpuasa? Sementara pada akhirnya juga akan menghadap Sang Kuasa. Siapa yang harus bertanggung jawab atas situasi seperti ini? Mudah-mudahan saja Tuhan mengerti dengan keadaan ini. Amin.. [***]


This page is powered by Blogger. Isn't yours?