1/31/2007

Perlunya Tes Resistensi bagi ODHA

Perlunya Tes Resistensi bagi ODHA

[Yusuf Rey Noldy, konselor, anggota Ikatan Korban Napza (IKON) Bali]

Salah satu orang dengan HIV/AIDS (Odha) terkejut melihat hasil tes kekebalan tubuh (CD4) dan hasil tes viral load, yang mengukur jumlah virus HIV dalam darah. Hasil tes CD4-nya tidak menunjukkan peningkatan. Hasil tes viral load juga tinggi, di atas 10 ribu copy. Dia sangat terkejut. Sebab dia telah ikut terapi anti-retroviral (ARV) kurang lebih tiga tahun.

Secara teori, terapi ARV dianggap berhasil jika jumlah kekebalan tubuh Odha meningkat dan jumlah viral load dalam tubuh tidak terdeteksi. Tapi teman itu tidak. Dia malah mengalami penurunan CD4 dan peningkatan viral load. Apa sebenarnya yang terjadi pada teman Odha ini? Apakah virus di tubuhnya mengalami resistensi atau kebal terhadap salah satu jenis obat? Atau bahkan resisten terhadap tiga jenis obat?

Tentunya ini menjadi pertanyaan bagi teman Odha tersebut. Kalau pun obat ini resisten terhadap virus di dalam tubuhnya, apakah obat yang sudah jelas tidak menunjukkan hasil yang baik harus tetap aku minum? Apakah tidak ada efek yang negatif apabila dia terus mengkonsumsi obat yang sudah jelas tidak memberikan hasil baik pada hasil tes yang telah dia jalani?

Beberapa faktor penyebab resistenai adalah ketidakpatuhan Odha mengkonsumsi ARV, ketidakpahaman Odha akan terapi ARV yang seharusnya dikonsumsi seumur hidup, serta Odha tersebut terinfeksi virus HIV yang sudah resisten. Untuk mengetahui apakah Odha tersebut resisten terhadap obat ARV hanya bisa dipastikan melalui tes resisten.

Sayangnya tes resistansi belum tersedia di Indonesia. Tes resisten hanya ada di negara maju. Harganya pun masih sangat mahal. Tentunya ini menjadi bahan pertanyaan bagi teman-teman Odha, apakah pihak layanan kesehatan tidak menganggap bahwa resistensi pada terapi ARV bukan satu masalah yang harus disikapi?

Di salah satu media nasional yang terbit pada 19 Desember 2006, Samsuridjal Djauzi dari Kelompok Diskusi Khusus AIDS FKUI/RSCM, menyatakan pencapaian CST (care, support and treatment) di Indonesia menggembirakan. Saat ini ada 260 tempat layanan tes HIV sukarela (voluntary counselling and testing/VCT), obat ARV juga mendapat subsidi penuh, bahkan ARV lini kedua untuk Odha yang mengalami resistensi obat sudah tersedia. Obat anti jamur yang cukup mahal juga tersedia gratis. Jumlah pengguna ARV tercatat 8.000 orang di seluruh Indonesia.

Namun sudahkah pemerintah atau pihak terkait penanggulangan AIDS di negeri ini sudah mengantisipasi persoalan resistensi tesebut. Misalnya bagaimana menentukan terapi gagal? Dengan tidak tersedianya tes resistensi di Indonesia, adakah cara lain untuk mengetahui secara pasti bahwa Odha tersebut resisten terhadap terapi yang sedang dijalankannya? Bagaimanakah cara untuk mendapatkan obat ARV lini kedua? Sebab, katanya, obat ARV lini kedua sudah tersedia di Indonesia. Bagaimana dengan tindak lanjut pada teman Odha yang sampai saat ini belum mendapatkan kepastian apakah terapi ARV yang dijalankannya gagal? Kalau pun teman Odha ini harus mengganti obat yang dinilai gagal, bagaimana cara mengaksesnya?

Kasus yang terjadi pada Odha yang kemungkinan mengalami resistensi itu hanya satu dari banyak kasus. Di luar sana mungkin banyak teman Odha yang resisten terhadap obat ARV lini pertama. Artinya tes resistensi di Indonesia sudah diperlukan sebab sudah ada 8000 orang menggunakan ARV. Apakah 8000 orang yang mengakses ARV tersebut sudah mendapat jaminan bahwa mereka tidak mengalami resisten?

Tanpa mengurangi rasa hormat dan rasa terimakasih pada pemerintah maupun pihak lainnya yang sudah mendukung dan menyediakan obat ARV, sepertinya kita harus memikirkan lebih serius, sudah saatnya di Indonesia diperlukan adanya peralatan tes resistensi untuk mendukung program 3 by 5 yang sudah dicanagkan pemerintah. Semoga ini bisa menjadi bahan refleksi bahwa semakin banyak Odha yang mengakses ARV, kemungkinan yang resisten juga sangat makin banyak. Bagaimana tindakan pihak penyedia layanan? Apakah kita menunggu semakin banyak teman Odha yang mengalami resisten baru kita bertindak? [***]

Comments: Post a Comment



<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?